Minggu, 20 November 2011

Reproduksi seksual fungi


TUGAS TERSTRUKTUR
MIKROBIOLOGI

REPRODUKSI SEKSUAL JAMUR
(ZYGOSPORA DAN OOSPORA)












OLEH :
NAMA                 : IHDA HILYATUNNISA
NIM                     : 0901070067

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2011


PENDAHULUAN

Fungi memperbanyak diri secara seksual dan aseksual. Perbanyakan seksual dengan cara :dua hifa dari jamur berbeda melebur lalu membentuk zigot lalu zigot tumbuh menjadi tubuh buah, sedangkan perbanyakan aseksual dengan cara membentuk spora, bertunas atau fragmentasi hifa. Jamur memiliki kotak spora yang disebut sporangium. Di dalam sporangium terdapat spora. Contoh jamur yang membentuk spora adalah Rhizopus. Contoh jamur yang membentuk tunas adalah Saccharomyces.
Dalam pembahasan makalah ini akan dibahas mengenai perproduksi seksual yaitu dengan kontak gametangium dan konjugasi. Terdapat beberapa tipe spora seksual, yaitu askospora, Basidiospora, zigospora dan oospora. Dimana akan dibahas lebih lanjut mengenai teproduksi seksual tipe zigospora dan oospora dalam pembahasan.    

PEMBAHASAN
A.   Zigospora
   Pembentukan zigospora paling banyak dipelajari pada genera Mucor, Phycomyces, dan Rhizopus. Zigospora adalah spora besar berdinding tebal yang terbentuk apabila ujung-ujung dua hifa yang secara seksual serasi, disebut juga gametangia, pada beberapa cendawan melebur. Berikut merupakan proses pembentukan zigospora pada Rhizopus stolonifer yang mewakili tipe zigospora.
photo025.jpg


Reproduksi seksual terjadi bila dua miselium dari dua individu yang berbeda bertemu (individu yang satu dianggap individu + dan yang lain individu -). Selanjutnya hifa miselium + dan – saling berdekatan dan masing-masing membentuk penonjolan hifa yang disebut progametangium (bakal gametangium). Progametangium kemudian berubah menjadi gametangium yang berisi banyak inti haploid(n). Selanjutnya kedua ini gametangium yang berasal dari hifa + dan - bersatu membentuk inti diploid (2n). Persatuan kedua inti gametangium tersebut membentuk zigospora yang berisi banyak inti diploid. Zigospora terus tumbuh, dindingnya menebal dan berwarna hitam. Dalam zigospora juga terkandung makanan cadangan diantaranya dalam bentuk lemak. Dari banyak inti diploid yang terjadi, hanya satu yang dapat hidup terus, sedangkan yang lain berdegenerasi. Inti diploid yang satu tadi selanjutnya mengalami pembelahan meiosis menghasilkan inti haploid yang sekarang merupakan penggabungan dua sifat (dari miselium + dan -). Dari 4 inti haploid yang terjadi dari pembelahan meiosis, hanya satu yang dapat terus hidup. Selanjutnya zigospora akan beristirahat dalam waktu yang lama sampai ditemukan kondisi dan substrat yang cocok. Kemudian zigospora yang mengandung inti haploid tadi akan tumbuh membentuk sporangium yang didalamnya banyak terdapat banyak spora haploid sebagai hasil pembelahan mitosis. Jika sporangium matang, dindingnya akan robek dan spora yang ada didalamnya akan dilepaskan. Selanjutnya spora tumbuh menjadi miselium atau individu baru.

B.   Oospora
   Oospora ini terbentuk di dalam struktur betina khusus yang disebut oogonium. Pembuahan telur, atau oosfer, oleh gamet jantan yang terbentuk di dalan anteredium menghasilkan oospora. Dalam setiap oogonium dapat ada satu atau beberapa oosfer. Pembentukan oospora dapat dilihat pada gambar sebagai berikut



















Berikut ini adalah reproduksi seksual oospora pada Phytophthora infestan
Oospora sangat jarang dibentuk, bahkan di Indonesia belum pernah ditemukan (Rumahlewang, 2008), karena jamur ini bersifat heterotalik, artinya perkembangbiakan secara seksual atau pembentukan oospora hanya terjadi apabila terjadi mating (perkawinan silang) antara dua isolat P. infestans yang mempunyai mating type (tipe perkawinan) berbeda (Purwanti, 2002). Inti sel antheridium dan oogonium akan saling melebur (karyogami) ketika antheridium memasuki oogonium. Mereka akan membentuk oospore diploid, yang mana akan berkembang menjadi sporangium dan daur hidup secara aseksual akan terulan (Benrud, 2007). Berbagai macam kondisi untuk pembentukan oospora telah dianalisis. Di bawah suatu kontrol, oospora C (Govers,° - 25°diproduksi pada daun kentang pada temperature antara 5 F.,dkk., 2007). dekat dengan 100% kelembaban relatif, Phytophthora menghasilkan jumlah berlimpah sporangia pada permukaan daun (Anonim1, 2005).



KESIMPULAN
             Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa reproduksi seksual pada jamur tipe zigospora adalah spora besar berdinding tebal yang terbentuk apabila ujung-ujung dua hifa yang secara seksual serasi (disebut juga gametangia) saling melebur. Sedangkan pada reproduksi seksual dengan cara oogami yang melibatkan penggabungan satu oosfer (gamet betina) dengan gamet jantan yang terbentuk dalam anteridium, menghasilkan oospora.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. http://www.geocities.ws/bpurnomo51/mik_files/mik3.pdf (Diakses pada tanggal 19 November 2011).
Anonim. 2011. http://www.youblisher.com/p/110088-The-Fungi/ (Diakses pada tanggal 19 November 2011).
Campbell, Reece & Mitchell. 2003. Biologi. Fifth edition Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Gandjar, Indrawati dkk. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan .Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Pelczar. 2007. Dasar-Dasar Mikrobiologi 1. Jakarta: UI Press.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar